Koeboe Sarawan adalah seorang seniman dari Kota Batu, Jawa Timur. Beliau lahir pada 29 Juni 1961 di Kota Batu.Koeboe Sarawan lulusan Seni Lukis di Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Koeboe Sarawan terlahir dari keluarga seniman. Karena nenek dan ibunya dalah seorang pembatik sedangkan kakeknya adalah seorang dalang. Dalam menjalankan kebiasaan yang di peroleh saat kecil hingga dewasa dan sukses seperti saat ini beliau selalu di berikan motivasi oleh keluarganya yang lebih utama adalah nenenknya.

Karya-karyanya banyak menghadirkan suasana yang mencekam, sepi dengan penguasaan teknik Realisme yang baik. “Pada saat proses pembuatan saya sering mendapatkan gagasan atau ide dan diterjunkan kedalam kanfas. Lalu di ekspresikan, mengalir santai seakan-akan lukisan tersebut dapat berdialog dengan saya sehingga menjadi hasil yang mengejutkan”Kata Koeboe Sarawan.

“Saya suka berpetualang keliling hutan di berbagai pegunungan di dunia misalnya Tibet untuk mencari ide sebagai bahan seni saya. Awalnya saya memfoto terlebih dahulu, lalu membuat sketsa tidak langsung di media dengan cat. Dalam satu karya dapat selesai sekitar 6 bulan.”Kata Koeboe Sarawan. Selain itu saya juga membuat perangko misalnya untuk negara Laos, Thailand, Singapura, Malaysia, Vietnam, Filipina, Brunei, Birma dan tidak ketinggalan di Indonesia.

“Dalam pembuatan seni-seni tersebut saya sempat mengalami beberapa kesulitan tetapi kesulitan tersebut akan segera terselesaikan dengan terus mencoba dan berlatih. Dan saya suka mempelajari teknik dari teman saya dan saya terapkan kedalam lukisan saya”Kata Koeboe Sarawan.

Motivasi Koeboe Sarawan adalah “Seni adalah keseimbangan hidup agar hidup lebih indah dan seni itu dapat melunturkan hati”.

Menurut saya arti sukses adalah setelah memberikan sebuah seni kepada masyarakat lalu masyarakat menerima seni tersebut dan di aplikasikan arti dari lukisan tersebut. Dengan berkarya saya lebih dapat mengolah rasa dan mengaplikasikan kedalam lukisan yang saya buat. Syukur-syukur kalau penonton bisa memberikan sebuah penilaian.

Pesan dan kesan saya pada suatu seni adalah cenderung memberikan sebuah karya yang di dalamnya terdapat pesan moral bahwa hidup sebuah kesementaraan, hanya hitungan waktu, hidup itu adalah tujuan terakhir. Adapun tujuan hidup yang abadi yaitu apabila kita bertemu dengan yang kuasa pada esok hari.

Artikel ini adalah tugas pelajaran senibudaya SMK Wiyata Husada tentang empati terhadap tokoh seni di Kota Batu yang dikerjakan oleh Alfadhika Pringgo Sangga Sukma, Bella Laras Sovilla, Desy Nuvia, Lutfi Anggraeni dan Widi Anggita, siswa/i kelas XI – Analis

work as freelancer, web developer, tourism support, organizer, etc - i’m a humanize human, a son, a father, a husband, who love coffee and cigarette, lazy and moody, entrepreneur, very easy to sleep, internet addict, bad designer, humorious, playing guitar, can’t singing & cooking, thin body, brown skin, smily, travelling & hiking, art & culture related, etc………

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.