Fidian Alamsyah (21 th) dan Wahyu Ardita (20 th) adalah seniman dari pujon, mereka bertempat tinggal di Jl. Kampung dayak No.9 Ngabab Pujon Malang.
Menurut mereka karya adalah luapan yang diperupakan, dibanggakan ( ibarat karya itu seperti anak).
Mereka mulai menyukai seni sejak duduk dibangku SD, dan mulai menggeluti street art sejak tahun 2008. Alasan mereka menggeluti street art karena hobby, kebiasaan, dan dapat mengekspresikan imajinasi serta menjadikannya sebagai pelampiasan yang bernilai positif.
Graffiti berasal dari Negara yunani yang artinya “pembatas”dan pertama kali diperkenalkan diindonesia didaerah Yogjakarta.
Mereka sudah berkarya diberbagai tempat, diantaranya Bondowoso,Jakarta, Surabaya, Kediri, dan daerah lain di Indonesia. Tujuan mereka menggambar adalah untuk menghias kota, tetapi ada beberapa pihak yang mengganggap itu mengotori dan merusak lingkungan.
Mereka mempunyai izin untuk menggambar pada event-event besar seperti saat tahun baru dan acara besar lainnya, namun jika pada waktu event tertentu mereka tidak meminta izin.
Suatu ketika saat mereka menggambar tanpa izin, mereka ketahuan oleh warga setempat dan dimarahi terkadang juga dijewer.
Namun mereka menganggap itulah resiko yang siap mereka tanggung jawabkan.
Karena komunitas mereka adalah street art maka media utama untuk mereka berkarya adalah tembok. Street art ada bagian-bagiannya, ada wall art (tembok), murall art (gambaran untuk mengkritik pemerintah, memperingati, membangun), stensil art (gambaran yang di mal terlebih dahulu),dan lain-lain.
Gambar mereka selalu bertema graffiti dan murall. Alat yang mereka gunakan adalah pilog dan cat, jika ada kesalahan mereka mengeblognya dengan pilox. Waktu yang mereka perlukan untuk menggambar biasanya sekitar 2-4 jam atau tergantung mood.
Nama komunitas mereka adalah MACO ART (Malang Colour). Tujuan dibentuknya komunitas ini untuk memperkenalkan kota khususnya malang, agar sesama seniman dapat berkumpul untuk saling sharing,agar masyarakat tahu kalau ada komunitas street art yang dipandang baik.
Harapan mereka kedepannya yaitu ingin anak street art bertambah banyak, ingin semua orang bisa mengenal street art dan ingin karya-karyamereka lebih dikenal oleh masyarakat.
Jika mendapat job dari luar biasanya mereka mendapat bayaran dan bila tidak dibayar tetap mereka kerjakan selagi ada waktu luang. Alat yang merekagunakan dibeli dari hasil job menggambar dan terkadang mereka beli dari uang iuran bersama.
Mereka pernah mengikuti acara “JUST WRITING MY NAME” yaitu event besar untuk bertukar pikiran dari para seniman antar negara. Street art cenderung kealiran graffiti dan mural karena identic dengan tempat umum dan agar banyak orang yang melihat dan mengerti tentang graffiti dan mural art.
Tanggapan mereka soal omongan masyarakat yang katanya street art itu terkesan merusak karena itu bagi yang masih pemula,terkadang yang ingin mencari jati diri mereka dan bagi yang ingin terkenal.
Tema yang mereka ambil untuk menggambar biasanya adalah nama komunitas, nama diri sendiri, dan lain-lain. Mereka bangga dengan komunitas yang mereka bentuk karena anggotanya masih sedikit dan itu mereka manfaatkan untuk berani lebih beda dari yang lain.
Artikel ini adalah tugas pelajaran senibudaya SMK Wiyata Husada tentang empati terhadap tokoh seni di Kota Batu yang dikerjakan oleh Anggita Wilda Pangestu, Ayu Fadhilla Astiana, Khusnul Khalimatun Nazila, Rizqi Wahyuningtyas, Venti Kurnia Sari, siswi kelas XI Farmasi